Abu Hasan Al Asy'ari adalah ulama besar yang kembali meletakkan permaslahan teologi kembali kepada rel yang sebenarnya yaitu berdasarkan Alqur 'an dan Sunnah, beliau dikenal pada awalnya sebagai salah satu
ulama Mu 'tazilah, dan dikenal sebagai murid Al Jubba'I yang merupakan ulama' besar dari Mu'tazilah. Faktor berpalingnya al Asy'ari ke Manhaj Salaf setidaknya ada dua penyebab, yaitu faktor subyektif, dan faktor obyektif, faktor subyektif adalah ketika beliau dalam suatu bulan Ramadhan dalam setiap 10 hari bulan itu ditegur oleh Nabi lewat mimpinya, sedangkan faktor obyektif adalah ketika beliau dialog dengan gurunya disekitar pandangan mu 'tazilah mengenai al-salah wal aslah, berikut cuplikan dialog mereka, Al jubbai : Yang mukmin masuk sorga, yang kafir masuk neraka, dan yang bayi bebas bahaya.Al-Asy'ari : Bagaimana kalau bayi itu ingin masuk sorga? Bisakah? Al Jubba 'I : Tidak, sebab yang mukmin masuk sorga karena ketaatannya kepad Tuhan, dan bayi belum memiliki ketaatan. Al –Asy'ari : Bagimana jika bayi itu berkata kepada tuhan: "Itu bukan salahku, seandainya engkau memberiku hidup panjang, aku akan taat kepadamu ". Al Jubba'I : Tuhan akan menjawab," Aku tahu bahwa jika Aku panjangkan umurmu, kamu akan berbuat dosa yang mengakibatkan kamu masuk neraka , maka untuk kepentinganmu, aku ambil nyawamu sebelum kamu sampai umur yang kena beban tanggung jawab. Al-Asy 'ari : Bagaimana jika yang kafir itu protes: "engkau tahu masa depanku sebagaimana tahu masa depan bayi itu, tapi mengapa tidak engkau jaga kepentinganku ?".
Sampai disini kemudian Al Jubba 'I tidak bisa menjawab, sehingga menyebabkan beliau Al –Asy'ari semakin ragu-ragu akan Mu'tazilah, disamping beberapa konsep mu'tazilah yang sangat controversial.Catatan : maksud kembali Manhaj Salaf, bukan manhaj salaf dalam pemahaman manhaj salaf yang sekarang ini di klaim kaum Salafi.
ulama Mu 'tazilah, dan dikenal sebagai murid Al Jubba'I yang merupakan ulama' besar dari Mu'tazilah. Faktor berpalingnya al Asy'ari ke Manhaj Salaf setidaknya ada dua penyebab, yaitu faktor subyektif, dan faktor obyektif, faktor subyektif adalah ketika beliau dalam suatu bulan Ramadhan dalam setiap 10 hari bulan itu ditegur oleh Nabi lewat mimpinya, sedangkan faktor obyektif adalah ketika beliau dialog dengan gurunya disekitar pandangan mu 'tazilah mengenai al-salah wal aslah, berikut cuplikan dialog mereka, Al jubbai : Yang mukmin masuk sorga, yang kafir masuk neraka, dan yang bayi bebas bahaya.Al-Asy'ari : Bagaimana kalau bayi itu ingin masuk sorga? Bisakah? Al Jubba 'I : Tidak, sebab yang mukmin masuk sorga karena ketaatannya kepad Tuhan, dan bayi belum memiliki ketaatan. Al –Asy'ari : Bagimana jika bayi itu berkata kepada tuhan: "Itu bukan salahku, seandainya engkau memberiku hidup panjang, aku akan taat kepadamu ". Al Jubba'I : Tuhan akan menjawab," Aku tahu bahwa jika Aku panjangkan umurmu, kamu akan berbuat dosa yang mengakibatkan kamu masuk neraka , maka untuk kepentinganmu, aku ambil nyawamu sebelum kamu sampai umur yang kena beban tanggung jawab. Al-Asy 'ari : Bagaimana jika yang kafir itu protes: "engkau tahu masa depanku sebagaimana tahu masa depan bayi itu, tapi mengapa tidak engkau jaga kepentinganku ?".
Sampai disini kemudian Al Jubba 'I tidak bisa menjawab, sehingga menyebabkan beliau Al –Asy'ari semakin ragu-ragu akan Mu'tazilah, disamping beberapa konsep mu'tazilah yang sangat controversial.Catatan : maksud kembali Manhaj Salaf, bukan manhaj salaf dalam pemahaman manhaj salaf yang sekarang ini di klaim kaum Salafi.
0 komentar:
Posting Komentar